Abstract
This article aims to unravel a shift of control / ownership of communal land of the Malays of Deli in North Sumatra. The commonly well-known communal lands, before the arrival of the Dutch colonial, was still inherent with the authorities of villages and was evolutionarily taken over by the foreign planters through concessionary contracts, which were dully signed by the Sultanate of Deli and the said foreign planters. The Indonesian independence in 1945 and the period that went beyond had in fact not contributed any improvement of the situation and instead it had exacerbated social and legal relations between the Malays of Deli and their ancestral lands. The said successful state laws had been so successful to keep these local natives away from their most important resource of life, namely their very lands. “Deulayatisasi” through state laws that was heavily oriented to the interests of capitalization to have seemingly been so successful to curtail the long journey of communal land rights in this country that seemed to have been pioneered by Van Vollenhoven during the early period of 20th century. The customary land law, in Indonesia, will someday become a kind of a beautiful story in the course of historiographical laws of Indonesia.
Bahasa Abstract
Artikel ini bertujuan untuk mengungkap tentang peralihan kepemilikan tanah adat Melayu Deli di Sumatera Barat. Sebelum kedatangan colonial Belanda, tanah adat melekat dengan aparat desa dan secara perlahan diambil alih oleh pekebun asing melalui perjanjian konsesi yang ditandatangani antara Kesultanan Deli dengan pekebun asing. Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 dan masa setelahnya tidak berdampak pada perbaikan keadaan, dan sebaliknya memperburuk hubungan social dan hukum antara Melayu Deli dan tanah leluhur mereka. Undang-undang nasional berhasil menjaga masyarakat adat jauh dari sumber daya hidup yang paling penting, yaitu tanah.“Deulayatisasi” melalui Undang-undang nasional berorientasi berat pada kepentingan kapitalisasi tampaknya begitu berhasil untuk membatasi perjalanan panjang dari hak ulayat di Negara ini yang dipelopori oleh Van Vollenhoven pada awal abad ke-20. Hukum tanah adat di Indonesia pada suatu hari akan menjadi semacam cerita indah dalam perjalananhukum historiografis Indonesia.
References
Bank, J.Th. Rubber, Rijk and Religie, De Koloniale Trilogie in de Indonsische Kwestie 1945-1949.Bijdragen en Mededelingen betreffende de Geschiedenis der Nederlanden, 1996. Bool, H.J. Landbouwconcessies in de Residentie Oostkust van Sumatra (tanpa tahun dan tempat) Buffart, J.F.A.M.. Rechten van de Bevolking op in Landbouw Concessie Uitgegeven Gronden. Overdruk uit “Indische Gids”, Juli – Aflevering 1933. Burns, Peter. The Leiden Legacy: Concepts of Law in Indonesia. Leiden, KITLV Press, 2004. De Ridder, J. De Invloed van de Westersche Cultures op de Autochtone Bevolking ter Oostkust van Sumatra, Wageningen: H.Veenman&Zonen, 1935 Husny, Lah. Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Penduduk Malay PesisirDeli Sumatera Timur 1612-1950, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978. Ikhsan, Edy. Antan Patah Lesungpun Hilang: Pergeseran Hak Tanah Komunal dan Pluralisme Hukum dalam Perspektif Sosiolegal (Studi pada Etnis Malay Deli di Sumatera Utara), Ringkasan Disertasi, Program Studi Doktor (S3) Ilmu Hukum, FH USU, Medan, 2013. Jansen, Gerard. Granrechten in Deli. Uitgave van Sumatra-Instituut. 1925. Kleintjes. Staatsinstellingen van Nederlandsch- Indie. Amsterdam, 1924. Labberton, K. van Hinloopen. De Indische Landbouw consessie. Amsterdam, JH. De Bussy. 1903. Lekkerkerker, J.G.W.Concessie en Erfpachten ten behoevevan Landbouwondernemingen in de Buitengewestenvan Nederlands Indie, Groningen-Den Haag, JB.Wolters, 1928 Mahadi. Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-Hak Suku Malay atas Tanah di Sumatera Timur (1800-1975), Bandung, Penerbit Alumni, 1976. Pandecten van het Adat Recht IV. Perret, Daniel. Kolonialisme dan Etnisitas: Batak dan Malay di Sumatera Timur Laut. Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, 2010. Reid, Anthony. Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera. Jakarta: Sinar Harapan, 1987. Slaats, HMC dan MK.Portier. Grondrecht en Zijn Verwerkelijking in de Karo Batakse Dorpssamenleving.Nijmegen, Ge Nabrink & Son, 1981. Setiawan, Usep. Dinamika Reforma Agraria di Indonesia Setelah Orde Baru dalam Tjondronegoro S.M.P dan Gunawan Wiradi (Penyunting). Dua Abad Penguasaan Tanah: Pola Penguasaan Tanah di Jawa dari Masa ke Masa, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2008. Stoler Ann, Laura, Capitalism and Confrontation in Sumatra’s Plantation Belt, 1870- 1979. The University of Michigan Press: 1985. Termorshuizen-Arts, Marjanne. Rakyat Indonesia dan tanahnya: Perkembangan Doktrin Domein di masa kolonial dan Pengaruhnya dalam Hukum Agraria Indonesia, dalamSafitri, Myrna A dan Tristan Moeliono. Hukum Agraria dan Masyarakat Indonesia. Jakarta, HuMa, Van Vollen Hoven Institute dan KITLVJakarta. 2010. Van de Kerkhof, Jasper. Indonesianisasi of Dutch Ecnomic Interests, 1930-1960: The Case of Internatio,. Bijdragen Tot de Taal, Land en Volkenkunde, 161.2/3. Leiden, KITLV, 2005. Van de Waal, Robert. Richtlijnen voor Een Ontwikkelingsplan voor de Oostkust van Sumatra (proeftschrift), Wageningen: 1950. Van Vollenhoven, De Indonesiers en Zijn Grond, Leiden, Brill, 1919.
Recommended Citation
Ikhsan, Edy
(2014)
"Communal Land Rights of Malay People in North Sumatera: Power, State and Deulayatisasi,"
Indonesia Law Review: Vol. 4:
No.
3, Article 5.
DOI: 10.15742/ilrev.v4n3.100
Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/ilrev/vol4/iss3/5