"Dampak Tradisi Pemberian Nasi Papahan Terhadap Kesehatan Bayi Usia 6-24 Bulan: Kajian Literatur" by Sakinah Hadirama and Tri Krianto Karjoso 2775-0574">
  •  
  •  
 

Abstract

Praktik pemberian nasi papahan seringkali dianggap sebagai bentuk kasih sayang antara ibu kepada bayi dan bertujuan untuk memudahkan bayi dalam mengonsumsi makanan, padahal hal tersebut tidak baik bagi kesehatan karena dapat menjadi media penularan penyakit apabila ibu menderita penyakit menular tertentu sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan pada bayi, terutama saat berusia 6-24 bulan karena saat itu adalah masa golden age (periode keemasan) pada bayi yang menjadi proses penting dalam tumbuh kembang anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat tradisi pemberian nasi papahan kepada bayi usia 6-24 bulan. Metode yang dilakukan adalah kajian literatur melalui database publikasi ilmiah, yaitu Google Scholar menggunakan kata kunci yang relevan dengan topik penelitan dan filter tahun yang menjadi batasan publikasi yaitu sembilan tahun terakhir (2015-2024). Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa penyakit yang disebabkan karena tradisi ini adalah penyakit diare, ISPA, dan Early Childhood Caries (ECC). Berdasarkan data SKI 2023 diketahui bahwa balita di Indonesia terkena diare (4.9%), ISPA (5.7%), dan prevalensi masalah kesehatan gigi dalam 1 tahun terakhir pada balita berupa prevalensi karies anak mencapai 37,4%. Oleh karena itu praktik pemberian nasi papahan adalah kebiasaan yang tidak baik karena berdampak buruk bagi kesehatan bayi sehingga perlu adanya edukasi yang tepat sasaran dan pendekatan kepada masyarakat untuk mencegah kebiasaan tersebut.

References

  1. 1. Teja M. Stunting balita indonesia dan penanggulangannya. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. 2019;13–8.

    2. Natalia L, Yuwansyah Y, Andini A. Gambaran pola pemberian makan dan pola asuh pada balita stunting. Bunda Edu-Midwifery Journal (BEMJ). 2022;5(2):37–43.

    3. Hidayah F, Jafar N, Malasari S. Mabbakkang Tradition and Its’ Effects on Health of Villagers of Bacu Bacu Pujananting Barru: A Qualitative Study. Indonesian Contemporary Nursing Journal (ICON Journal). 2019;2(2):36–45.

    4. Sopian M, Purbowati, Pontang GS. Hubungan pemberian makanan papahan dengan kejadian diare pada balita 6-24 bulan di wilayah kerja puskesmas Sengkol Kecamatan Pajut Kabupaten Lombok Tengah. JURNAL GIZI DAN KESEHATAN. 2019;11(25):39–45.

    5. Waruwu E, Sitorus DRU, Yuniartha GG, Gea EGM, Buulolo J, Nababa T. Hubungan tradisi pemberian nasi papah terhadap risiko terjadinya diare pada bayi 6-24 bulan di Desa Tanjung Gusta kota Medan tahun 2023. Kesehatan Kreatif: Jurnal Riset Kesehatan Inovatif. 2024;6(2):76–88.

    6. Kementerian Kesehatan RI. Survei Kesehatan Indonesia 2023. Jakarta; 2023.

    7. WHO. World health statistics overview 2019: monitoring health for the SDGs, sustainable development goals. 2019.

    8. Kementerian Kesehatan RI. Survei Kesehatan Nasional 2019. Jakarta; 2019.

    9. Undol CA, Damopolii R, Akbar H, Sarman. Tradisi papah makanan untuk bayi diwilayah kota Kotamobagu. . Healthy Papua. 2022;5(1):266–9.

    10. Sara M, Hertanto W, Irene M. Makanan (prelakteal dan papahan ) sebagai faktor risiko kejadian stunting pada usia 12-24 bulan di Lombok Timur NTB. Diponegoro University . Semarang: Diponegoro University ; 2016.

    11. Sjarkawi G, Novrinda H, Bahar A. Pengaruh tradisi nasi papah terhadap terjadinya early childhood caries di desa senyiur lombok . B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah. 2015;2(1):51–9.

    12. Siahaan YF, Aritonang EY, Ashar T. Hubungan Praktik Pemberian Makan Bayi dan Kejadian Gastroenteritis. Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI). 2019;4(1):1–8.

    13. Nurjannah S, Syarifuddin S, Yanuartati BYE. Kajian kritis terhadap ketahanan pangan rumah tangga dan fenomena stunting: kasus pada dua desa di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat. JURNAL AGRIMANSION. 2021;22(3):149–62.

    14. Pambudi MG, Wardani HE, Dian Mawarni. Hubungan Praktik Pemberian ASI Eksklusif dan Pemberian MP ASI terhadap Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang. Jurnal Ventilator. 2024;2(1):348–57.

    15. Darmawanti B. Hal-Hal yang Harus Diketahui Para Orang Tua Seputar Diare Pada Anak [Internet]. Kementerian Kesehatan RI. 2021 [cited 2024 Sep 30]. Available from: https://ayosehat.kemkes.go.id/hal-hal-yang-harus-diketahui-para-orang-tua-seputar-diare-pada-anak

    16. Sari J, Sajalia H, Ernawati, Maesum S. Hubungan Pengetahuan Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan dengan Pemberian Nasi Papah di Desa Semaya Kabupaten Lombok Timur. INVOLUSI: Jurnal Ilmu Kebidanan. 2022;12(1):1–5.

    17. Cahyandiar MI, Khotimah S, Duma K. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 6-24 Bulan di Puskesmas Temindung Samarind. Jurnal Sains Dan Kesehatan. 2024;3(3):395–403.

    18. Ditjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Mengenal Gastroenteritis [Internet]. Kementerian Kesehatan RI. 2022 [cited 2024 Sep 30]. Available from: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1962/assets/affiliate/index

    19. Akbar H, Mauliadi Ramli. Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 6-59 Bulan di Kota Kotamobagu. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI). 2022;5(2):200–4.

    20. American Academy of Pediatric Dentistry, American Academy of Pediatrics, American Academy of Pediatric Dentistry Council on Clinical Affairs. Policy on early childhood caries (ECC): classifications, consequences, and preventive strategies. Pediatr Dent. 2005;27(7 Suppl):31–3.

Share

COinS
 
 

To view the content in your browser, please download Adobe Reader or, alternately,
you may Download the file to your hard drive.

NOTE: The latest versions of Adobe Reader do not support viewing PDF files within Firefox on Mac OS and if you are using a modern (Intel) Mac, there is no official plugin for viewing PDF files within the browser window.