Abstract
Malnutrisi, termasuk stunting, masih menjadi masalah kesehatan yang mempengaruhi kemajuan pembangunan berkelanjutan. Stunting, akibat kekurangan gizi berkepanjangan dan infeksi berulang, menghambat pertumbuhan anak. Di Indonesia, prevalensi stunting pada tahun 2022 adalah 21,6% dan masih belum mencapai target. Dan Jawa timur, angka stunting di 2022 adalah 19,2%, mendekati angka nasional pun masih belum mencapai target. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap stunting di Jawa Timur, dengan fokus pada faktor soial ekonomi dan kesehatan. Data sekunder dari Kementerian Kesehatan, dan Dinas Kesehatan Jawa Timur dianalisis menggunakan uji korelasi. Hasil menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan rata-rata lama sekolah memiliki korelasi negative yang signifikan terhadap stunting dengan kekuatan sedang (r=-0,422 dan -0,451). Sementara pernikahan di bawah usia 19 tahun menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan kuat (r=0,537), dan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki korelasi sedang dengan kekuatan sedang (r=0,429). Dan berdasarkan uji regresi linier berganda, BBLR adalah faktor kontributor yang paling signifikan dibandingkan variabel bebas lainnya. Temuan ini mengidentifikasikan bahwa berbagai faktor sosial ekonomi dan kesehatan yang menjadi variabel bebas berperan dalam kejadian stunting di Jawa Timur pada tahun 2022.
Kata kunci: stunting, studi ekologi, Jawa Timur, korelasi
Bahasa Abstract
Malnutrisi, termasuk stunting, masih menjadi masalah kesehatan yang mempengaruhi kemajuan pembangunan berkelanjutan. Stunting, akibat kekurangan gizi berkepanjangan dan infeksi berulang, menghambat pertumbuhan anak. Di Indonesia, prevalensi stunting pada tahun 2022 adalah 21,6% dan masih belum mencapai target. Dan Jawa timur, angka stunting di 2022 adalah 19,2%, mendekati angka nasional pun masih belum mencapai target. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap stunting di Jawa Timur, dengan fokus pada faktor soial ekonomi dan kesehatan. Data sekunder dari Kementerian Kesehatan, dan Dinas Kesehatan Jawa Timur dianalisis menggunakan uji korelasi. Hasil menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan rata-rata lama sekolah memiliki korelasi negative yang signifikan terhadap stunting dengan kekuatan sedang (r=-0,422 dan -0,451). Sementara pernikahan di bawah usia 19 tahun menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan kuat (r=0,537), dan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki korelasi sedang dengan kekuatan sedang (r=0,429). Dan berdasarkan uji regresi linier berganda, BBLR adalah faktor kontributor yang paling signifikan dibandingkan variabel bebas lainnya. Temuan ini mengidentifikasikan bahwa berbagai faktor sosial ekonomi dan kesehatan yang menjadi variabel bebas berperan dalam kejadian stunting di Jawa Timur pada tahun 2022.
Kata kunci: stunting, studi ekologi, Jawa Timur, korelasi
Recommended Citation
Sofiyulloh, Sofiyulloh and Rahmaniati, Martya
(2024)
"Faktor Kontributor Prevalensi Stunting: Studi Kasus Jawa Timur Tahun 2022,"
Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan: Vol. 5:
No.
1, Article 3.
DOI: 10.7454/bikfokes.v5i1.1087
Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/bikfokes/vol5/iss1/3
Included in
Growth and Development Commons, Health Services Research Commons, Maternal and Child Health Commons