Bhakti: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Abstract
The expansion of oil palm plantations around Bukit Dua Belas National Park in Jambi over the past few decades has not only contributed to climate change but has also significantly impacted the socio-cultural and economic life of the indigenous Suku Anak Dalam community, who have inhabited the forest as their settlement for hundreds of years. Jambi, with its vast tropical forest potential, is not only rich in biodiversity but also holds important cultural value, particularly from the Suku Anak Dalam Air Hitam community. In recent decades, this community has faced agrarian, social, and economic conflicts as a result of palm oil plantation development, which has increasingly narrowed their living and hunting areas in the Bukit Dua Belas region. This shrinking space has led to socio-economic and cultural disruptions, including members of the Suku Anak Dalam descending to urban areas to beg for a living. In an effort to mitigate this social and cultural degradation, a cultural-economic approach has been proposed, introducing the concept of special interest cultural tourism based on local wisdom. The dissemination of this initiative was conducted directly in the field using a cultural communication approach, involving discussions with traditional leaders of the Suku Anak Dalam. As a result of this dissemination on the potential and economic benefits of cultural tourism, several mutual understandings and agreements were reached. These include a shared commitment to develop cultural potential into special interest tourism, the willingness of the Suku Anak Dalam Air Hitam to welcome tourists under the condition that visitors respect and adhere to local customs and traditions, and an agreement that tourists who violate customary rules must pay a fine in the form of a piece of cloth. Additionally, the local government has committed to further study and formulate regulations that will support and protect this initiative.
References
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. (2011). Profil Suku Anak Dalam (SAD): Hasil Sensus Penduduk 2010. BPSJAMBI.
Dahmiri, Sadzali, A. M., & Wahid, M. (2023). The Empowerment of Suku Anak Dalam on Tourism Based of Integrated Local Wisdom and Creative Economics in the Area of Air Black District, Sarolangun Regency, Jambi Province. Proceedings of the 4th Green Development International Conference (GDIC 2022), 1163–1172. https://doi.org/10.2991/978-2-38476-110-4_116
Dhamiri, Sadzali, A. M., & Wahid, M. (2024). Pemberdayaan Suku Anak Dalam Berbasis Budaya (Vol. 1). Penerbit Adab.
Fitriani, R. M. (2010). Fenomena Konflik Agraria: Studi Kasus Pada Komunitas Suku Anak Dalam (SAD) dengan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Bungku , Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi. Universitas Andalas.
Jennings, H. (2017). Tourism Concern research briefing Action for Ethical Tourism Indigenous Peoples & Tourism. www.tourismconcern.org.uk
Porsani, J., Lalander, R., Lehtilä, K., Lima Costa, S., & da Conceição Carvalho, J. (2024). Expressing and enacting decoloniality through indigenous tourism: Experiences from the Pataxó Jaqueira Reserve in Brazil. Social Sciences and Humanities Open, 9, 1. https://doi.org/10.1016/j.ssaho.2024.100859
Bahasa Abstract
Meluasnya perkebunan sawit di sekitar Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi sejak beberapa dekade terakhir tidak hanya memengaruhi perubahan iklim namun juga berdampak pada kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat adat Suku Anak Dalam yang mendiami wilayah hutan sebagai pemukiman sejak ratusan tahun silam. Wilayah Jambi yang banyak memiliki potensi hutan tropis seperti tidak hanya menyimpan potensi biodeversity, namun juga potensi budaya salah satunya dari masyarakat Suku Anak Dalam Air Hitam yang beberapa dekade terakhir mengalami konflik agraria dan konflik sosial dan ekonomi akibat perkembangan perkebunan kelapa sawit yang menyempitkan wilayah hidup dan berburu suku anak dalam di wilayah Bukit Dua Belas. Penyempitan ruang ini berdampak kerusakan sosial ekonomi dan budaya, diantaranya suku anak dalam turun ke kota menjadi peminta-minta. Sebagai upaya memperkecil tingkat kerusakan sosial budaya ini, maka pendekatan ekonomi budaya dinilai dapat diperkenalkan dengan mengembangkan wisata budaya minat khusus berbasis kearifan lokal. Diseminasi ini dilakukan turun langsung ke lapangan dengan pendekatan komunikasi budaya, berdiskusi bersama para tokoh adat suku anak dalam. Dari kegiatan diseminasi potensi wisata budaya dan manfaatnya berdampak pada ketahanan ekonomi ini, menghasilkan beberapa kesepahaman dan kesepakatan antara lain, bersepakat untuk mengembangkan potensi budaya menjadi wisata minat khusus, suku anak dalam air hitam terbuka dan menerima kedatangan wisatawan dengan kewajiban mengikuti adat tradisi yang berlaku, wisatawan yang melanggar bersedia dikenakan sanksi adat dengan membayar sehelai kain. Dari pihak pemerintah daerah akan mengembangkan kajian dan merumuskan regulasi yang mengayomi.
Recommended Citation
Sadzali, Asyhadi Mufsi
(2025)
"DISEMANIASI HASIL PENELITIAN POTENSI DAN MANFAAT WISATA BUDAYA SUKU ANAK DALAM AIR HITAM BUKIT DUA BELAS PROVINSI JAMBI,"
Bhakti: Jurnal Pengabdian Masyarakat: Vol. 2:
No.
1, Article 2.
DOI: 10.7454/bhakti.v2i1.1013
Available at:
https://scholarhub.ui.ac.id/bhakti/vol2/iss1/2