•  
  •  
 

Abstract

Abstract

The wakalah bil ujrah and qard contract are contracts that often cause difficulties in implementing the purchase of goods in everyday life, both in safekeeping for purchasing goods and for buying and selling in general. Where if it is wrong in its application, it can cause income in a sale and purchase to be haraam due to an error in understanding the contract used and not describing benefit as the core of maqashid al-sharia which has an important role in determining Islamic law. The purpose of this paper is to find out how the solution to the application of each contract is to avoid haram income. This research is a normative juridical research with explanatory and prescriptive research types. The results of the study concluded that by using the wakalah bil ujrah contract in the safekeeping of the purchase of goods whose payment was not deferred to the representative, the representative can ask for a fee / ujrah from the muwakkil, as at the beginning of the agreement, and for the qard contract, where the representative is entrusted to buy the goods with a deferred payment to him, it is haraam to gain value added.

Keywords: Wakalah bil Ujrah, Qard, Dropship, Maqashid al-Syariah

Bahasa Abstract

Abstrak

Akad wakalah bil ujrah dan akad qard merupakan suatu akad yang sering menimbulkan kesulitan dalam penerapan pembelian barang di kehidupan sehari-hari, baik pada penitipan pembelian barang maupun jual beli pada umumnya. Dimana apabila salah dalam penerapannya, dapat menyebabkan pendapatan dalam suatu jual beli menjadi haram hukumnya karena mengalami kesalahan dalam memahami akad yang dipakai dan tidak menggambarkan kemaslahatan sebagai inti dari maqashid al-syariah yang memiliki peranan penting dalam penentuan hukum islam. Tujuan tulisan ini dibuat ialah untuk mengetahui bagaimana solusi terhadap penerapan dari masing-masing akad agar terhindar dari pendapatan yang haram. Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif dengan tipe penelitian eksplanatoris dan preskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan dengan menggunakan akad wakalah bil ujrah dalam penitipan pembelian barang yang pembayarannya tidak ditangguhkan pada si wakil, si wakil dapat meminta fee/ujrah kepada si muwakkil, sebagaimana pada awal kesepakatan dibuat, dan untuk akad qard, dimana wakil yang dititipkan untuk membelikan barang dengan pembayaran ditangguhkan kepadanya, maka haram hukumnya untuk mendapat pertambahan nilai.

Kata kunci: Akad Wakalah bil Ujrah, Akad Qard, Titip Beli, Maqashid al – Syariah

References

Daftar Pustaka

Artikel

Ash-Shiddiqy, Muhammad. “Analisis Akad Pembiayaan Qardh dan Upaya Pengembalian Pinjaman di Lembaga Keuangan Mikro Syariah,” Cimae, Vol. 1 (2018): 102-110.

Budiman, Farid. “Karakteristik Akad Pembiayaan Al-Qard sebagai Akad Tabarru”. Yuridika (2013): 406-418.

Fauzia, Ika Yunia. “Akad Wakalah dan Samsarah sebagai Solusi Atas Klaim Keharaman Dropship Dalam Jual Beli Online,” Islamica: Jurnal Studi Keislaman, No. 2 (2015): 323-343.

Fitria, Tiara Nur. “Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) dalam Hukum Islam dan Hukum Negara”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, No. 1 (2017): 52-62.

Fransiska, Chindy. “Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Fee dalam Praktik Jasa Titip Barang Online (Studi Kasus Pada Princessist Online Shop)”. Jurnal Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah (2019): 109-115.

Salim, Munir. “Jual Beli Secara Online Menurut Pandangan Hukum Islam,” Al-Daulah, No.2 (2017): 371-386.

Buku

Abdussatar. al-Bai’ al-Muajjal. Jeddah: al-Ma’had al-Islami Lilbuhus wa Tadrib. 2013.

Al-Imam, Al-Musnadi li. Tahqiq ‘Abd Allah Muhammad al-Darwish. Dar al-Fikr, 1991.

Al-Marbawiy, Muhammad Idris. Kamus Idris al-Marbawi: Arab-Melayu, Juz I. Bandung: al-Ma’rif.

Al-Raisuni, Ahmad. Nazhariyyat al-Maqashid ‘Inda al-Syathibi. Rabat: Dar al-Aman, 1991.

Al-Sayis, Ali. Nash’ah al-Fiqh al-Ijtihadi wa al-Ruh. Kairo: Majma’ al-Islamiyyah, 1970.

Al-Tayyar, ‘Abd Allah b. Muhammad, dkk. Ensiklopedi Fikih Muamalah dalam Pandangan 4 Mazhab (terj. Miftahul Khairi). Yogyakarta: Maktabah al-Hanif, 2004.

Al-Zuhayli, Wahbah. al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh. Damaskus: Dar al-Fikr, 2010.

Antonio, Muhammad Syafi’I. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press,2001.

Djamil, Fathurrahman. Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Shariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

__________________. Filsafat Hukum Islam Bagian Pertama. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Djazuli, A. Kaidah-kaidah Fikih. Jakarta: Pernada Media Group, 2007.

Effendi, Satria. Dinamika Hukum Islam dalam Tujuh Puluh Tahun Ibrohim Hosen. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990.

Ghafur, Fakhri. Pintar Transaksi Syariah. Jakarta: Mizan Publika, 2010.

Hadi, Abd. Dasar-Dasar Hukum Ekonomi Islam. Surabaya: CV. Putra Media Nusantara, 2010.

Hasan, M. Ali. Perbandingan Madzhab. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Sabiq, Sayid. Fiqh al-Sunnah (Juz V). Beirut: Daar al-Fikr, 1983.

Shihab, Quraish. Tafsir Al-Mishbabh. Jakarta: Lentera Hati. 2002.

Sofie, Yusuf. Pelaku Usaha Konsumen dan Tindak Pidana Korporasi. Jakarta: Galia Ilmu, 2002.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Sulayman, Samirah Sayid. al-Waifzfi al-Ahkam al-Mu’amalah. Kairo: Al-Azhar University Press, 2002.

Sunarto, Andi. Seluk Beluk E-Commerce. Yogyakarta: Gaya Ilmu, 2009.

Umar, Hasbi. Nalar Fiqih Kontemporer. Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.

Wehr, Hans. A Dictionary of Modern Written Arabic. London: J. Milton Cowan, dkk , 1980.

Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia. Fatwa Dewan Syariah Nasional-MUI No. 110/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Jual Beli.

________. Fatwa Dewan Syariah Nasional-MUI No. 113/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Wakalah bil Ujrah.

________. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syraiah.

________. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

Share

COinS